Be Thankful

Saya hidup selayaknya manusia pada umumnya, yang sering mengeluh. Padahal saya punya semua bagian tubuh secara komplit walaupun tidak sempurna. Mata saya minus, gigi saya berlobang, pendengaran saya juga tidak terlalu bagus, kaki saya pendek dengan ukuran telapak kaki yang sangat miris nasibnya untuk mencari sepatu yang cantik.

Saya sering mengeluh, kenapa kaki saya kecil, kan susah mau pakai sepatu yang cantik-cantik itu. Terlupa bahwa ada orang yang tidak punya uang untuk membeli sepatu, bahkan ada orang yang tidak bisa memakai sepatu karena tidak punya kaki. Tidakkah saya sudah sangat berkecukupan dengan kaki saya yang masih utuh? Saya masih bisa kok beli sepatu untuk anak-anak yang hebatnya sekarang banyak desain sepatu anak yang terlihat dewasa. Tidakkah saya masih berkecukupan dan mampu untuk membeli lusinan pasang sepatu hanya untuk ditaruh di rumah dan dipakai tidak lebih dari 10x per tahun per pasang nya itu? Ada orang yang hanya memiliki sepasang sandal jepit usang. Itupun dia dapat dari hasil mungut di jalan. Bukankah sudah selayaknya saya harus sangat bersyukur?

Saya juga sering mengeluh, kenapa mata saya minus? Saya sering tertegur mengetahui ada teman yang minus nya 2-3 kali lipat dari saya, yang hanya minus 4. Ada orang yang sudah tidak bisa melihat sejak lahir. Ada anak yang mungkin mata nya minus tapi tidak mampu membeli alat bantu penglihatan. Ada yang mungkin lebih beruntung dari mereka yang buta, mereka ini bisa melihat. Tapi sepanjang mata memandang mereka mungkin hanya melihat 4 sisi rumah nya yang kecil. Saya? Saya bisa melihat dunia. Saya bisa melihat betapa indahnya ciptaan Tuhan, pantai dengan pasir putih dan deburan ombak, bukit yang menjulang tinggi, saya bahkan bisa melihat awan dan permukaan bumi dari langit sana, saya bisa melihat orang yang saya cinta setiap hari, Saya bisa melihat semua nya. Apalagi yang harus saya cari dan keluhkan? Harusnya tidak ada, tapi saya masih tetap mengeluh. Saya belum bisa melihat air terjun niagara, belum melihat sunset di Eiffel.

Kesadaran diri adalah awal untuk perbaikan diri. Dengan saya menyadari bahwa saya belum bersyukur padahal saya sudah seharusnya bersyukur, bagi saya adalah suatu awal yang baik. Saya pun tidak memberikan target apakah saya harus berubah dalam jangka waktu berapa lama.

Hari ini saya bersyukur, karena saya sadar diri, karena saya masih bernapas hingga detik ini.

Sudahkah kamu bersyukur hari ini?

PS. duh postingan ini ga gw banget ya… seorang Juli? well, semoga memberikan manfaat bagi kamu kamu yang kebetulan blog walking nyasar kemari.

Let’s live like there is no tomorrow πŸ˜€

 

Learn from Anything

Belajar bisa kapan saja, dimana saja dengan siapa saja. Dari hal sekecil apapun.

Tadi malam pas makan sendiri di warung Leko Mal Ciputra, gw belajar banyak hal, yang ga penting.

1. We can tell he is a ladyboy from the way he act on the dining table. Kalau dia co strawberry, biasanya dia akan : duduk menyilangkan kaki, tangan diletakkan dibawah dagu (bagian atas telapak tangan menopang dagu), tatapan mata ke lawan bicaranya (sesama co strawberry), postur tubuh nya bagus, pakai kaos dengan karakter tokoh cartoon

2. Pria yang menikah dan bahagia biasanya berperut besar.

3. Semakin banyak perempuan menikah yang mungkin belum siap. Belum siap mengurus anak sendiri (terlihat dari semakin seringnya kita melihat pemandangan 1 keluarga kecil jalan dengan suster2nya, catet SUSTER SUSTER nya, artinya suster nya buanyak), belum siap melepas hobby yang kekanak2an

4. Masih ada aja istri yang beli apapun dari kantong suami. Td ada ce yg beli komik, trus bonnya dikasih ke laki nya. Well, nothing’s wrong with it. Tp gw penganut BAYAR SENDIRI kalau untuk barang pribadi. Meskipun statusnya sudah suami istri. Kl lgsg dibayarin di depan kasir sih mending ya. Ini ngasih bon, kyk nagih utang aja tuh ce. PDA Plis Dong Ah

5. Pria penyayang adalah pria yang sabar.

6. Kirain cuma gw doank yang dinner sendiri, eh ternyata ada juga orang lain yang dinner sendiri. Hehehe

7. Pecinta bakmi akhirnya luluh juga sama iga goreng tepung di warung Leko. Tadi sempet bimbang, mau makan mie karet di Tanjung Duren atau iga goreng tepung lagi ya? Pilihan akhirnya jatuh di iga goreng tepung, padahal gw dah kangen banget pengen makan bakmi (sumpah ini ilmu paling ga penting hari ini)

Last but not least, sometimes we need to judge a book by its cover. 1st impression is usually right.

~Cheers ~
..:: Julie ::..

Hidup kamu membosankan?

β€œTo live a creative life, we must lose our fear of being wrong.”

Satu kalimat yang secara tidak sengaja gw baca saat gw nyuri-nyuri jam kerja untuk ke toilet yang gajebo gw mau ngapain sebenernya. Abis boring banget dikantor sana…

Dan kalimat sakti ini yang menyadarkan gw bahwa selama ini hidup gw membosankan sekali karena gw selalu takut berbuat salah. Apapun yang gw lakukan itu harus benar, pikir gw. Disaat gw ga tau dan ga bisa pun, gw harus mencari cara agar gw benar. Dalam apapun itu. Baik pekerjaan ataupun hal yang sangat simple sekalipun. Bahkan dalam berbohong pun gw harus berbohong dengan benar.

Tapi apakah dengan asas satu kalimat sakti ini lantas gw jadi berani berbuat salah? Ya ga donk. Kalau udah tau salah, pasti gw urungkan niat untuk melakukannya. Nah kalimat ini bisa jadi mantra sakti buat gw melakukan suatu hal dengan jalan berbeda dari yang lainnya (berinovasi mungkin), tapi dengan tujuan yang masih sama dan kalau memungkinkan justru harus membuahkan hasil yang lebih. Lebih baik, lebih kreatif, dan lebih unik mungkin.

So, singkirkan jauh-jauh ego kita untuk selalu benar. Sekali-kali salah ga apa-apa kok. Ga menjadikan loe terlihat seperti keledai bodoh.

Satu lagi kalimat sakti yang pernah gw baca di dinding kampus yang notabene adalah buah pemikiran si empu pemilik kampus itu ::

“Hanya orang bodoh yang melakukan kesalahan yang sama berulang kali”

Ya jadi intinya, jangan takut salah. Kalau sudah salah, ya jangan lagi mengulangi kesalahan yang sama.

Happy Monday and Happy Working

Cheers ~
Julie